Selamat Idul Fitri 1439 H Taqabbalallahu Minna wa Minkum

Senin, 23 Mei 2016

BAHAGAIA DI RUMAH #BahagiadiRumah


APAKAH “BAHAGIA” ITU?

Menurut Aristoteles, salah seorang filosof termasyhur sepanjang sejarah, kebahagiaan adalah penempatan jiwa pada titik yang paling tepat. Jika itu tercapai, maka kebahagiaan merupakan level kesuksesan yang tertinggi.

Namun, seperti yang diyakini kaum cendekiawan moderen, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang statis. Sydney J. Harris menegaskan, kebahagiaan adalah arah, bukan tempat. Hal senada diungkapkan oleh Margrart Lee Runbeck, kebahagiaan bukanlah sebuah stasiun tempat Anda tiba, tetapi suatu perjalanan.

Lantas, bagaimana caranya untuk mencapai kebahagiaan itu? Jawabannya: ada di tangan Anda sendiri. Pada hakekatnya, yang menentukan kebahagiaan Anda adalah Anda sendiri, bukan orang lain. Karena kebahagiaan adalah sebuah pilihan, bukan sebuah hasil; tidak ada apapun yang bisa membuat Anda bahagia kecuali Anda sendiri yang memilih untuk merasa bahagia.

Motivator kawakan Brian Tracy melukiskannya lebih teknis, kebahagiaan muncul apabila Anda yakin pada apa yang Anda lakukan, tahu apa yang Anda lakukan, dan mencintai apa yang Anda lakukan.

Tracy berpendapat, kebahagiaan mirip dengan kebebasan, yaitu sama-sama menimbulkan rasa senang. Yang membedakannya ialah, kebebasan adalah melakukan apa yang Anda suka, sedangkan kebahagiaan adalah menyukai apa yang Anda lakukan.

Shakespeare, seniman legendaris asal Inggris, berbagi tentang cara ia mencapai kebahagiaan:
  Aku selalu merasa bahagia, kamu tahu kenapa?
  Sebab aku tidak pernah berharap apa-apa dari siapapun. Harapan-harapan selalu menyakiti
  Hidup ini pendek... jadi, cintailah hidupmu...
  Berbahagialah... dan selalu tersenyum...
  Hiduplah untuk dirimu sendiri, dan...
  Sebelum kamu berbicara, dengarkanlah...
  Sebelum kamu menulis, pikirkanlah...
  Sebelum kamu berbelanja, carilah rezeki...
  Sebelum kamu berdoa, maafkanlah...
  Sebelum kamu menyakiti, timbang rasalah...
  Sebelum kamu membenci, cintailah...
  Sebelum kamu menyerah, berusahalah...
  Sebelum kamu mati, hiduplah...

Cara termudah untuk mereguk kebahagiaan ialah dengan membahagiakan orang lain, minimal dengan cara membuatnya tersenyum. Oleh sebab itu, selalu jadilah penyebab agar orang tersenyum.

Semakin banyak orang yang meyakini, bahwa kebahagiaan yang tertinggi adalah yang di dalamnya ada Tuhan sebagai sumber sekaligus tujuan kebahagiaan itu sendiri. Dalam konteks inilah Positive Energy menggariskan delapan langkah untuk mencapai kebahagiaan sebagai berikut:
  • Jangan membenci
  • Jangan cemas
  • Hiduplah dengan sederhana
  • Berharaplah yang kecil-kecil, bukan yang muluk-muluk
  • Banyak memberi
  • Selalu tersenyum
  • Hiduplah dengan cinta
  • Di atas segala-galanya: selalulah bersama Tuhan
Delapan langkah ini akan menimbulkan rasa syukur kepada Tuhan. Rasa syukur itu adalah hakekat kebahagiaan itu sendiri. Karena bukan orang bahagia yang bersyukur kepada Tuhan, tetapi orang yang bersyukur kepada Tuhan itulah orang yang bahagia.

APAKAH “RUMAH” ITU?
Aku selalu bertanya-tanya, mengapa burung-burung selalu tinggal di tempat yang sama, padahal mereka sanggup terbang kemana pun mereka mau di seluruh penjuru bumi ini. Lalu aku bertanya hal yang sama pada diriku sendiri. (Harun Yahya, ilmuwan dan filantropis)

Ungkapan filosofis Harun Yahya itu membuat kita merenung-renung, bahwa setiap makhluk di bumi ini – meskipun ia sanggup untuk menjelajah kemanapun – namun ia membutuhkan sebuah “tempat tinggal” atau “tempat menetap” yang permanen. Inilah hakekat dari “rumah”.
Jadi, “rumah” bukan sekadar suatu konstruksi fisik semata, melainkan mempunyai makna yang lebih luas, paling tidak seperti yang didefinisikan oleh Farlex, suatu lingkungan yang memberi keamanan dan kenyamanan (an environment offering security and happiness).

Dalam kaitannya dengan “kebahagiaan”, rumah adalah sumber kebahagiaan yang paling utama bagi tiap penghuninya. Namun, untuk mencapai fungsi strategis itu, sebuah rumah mesti dilengkapi oleh sebuah “rumah tangga” atau “keluarga”.

Normalnya, sebuah rumah tangga atau keluarga terdiri dari seorang ayah, seorang ibu, dan seorang atau beberapa orang anak dari hasil perkawinan mereka.

Begitu pentingnya sebuah keluarga sehingga secara akrostik KELUARGA (FAMILY) digambarkan dalam perspektif seorang anak sebagai “Father And Mother I Love You”.

Kedua orang tua (ayah dan ibu) sangatlah penting peranannya dalam keluarga. Mereka menjadi kunci penentu bagi keberlangsungan sebuah keluarga. Berkaitan dengan ini, seorang mufti di Timur Tengah mengingatkan, Anda sangat berhutang pada kedua orang tua Anda; Anda tidak pernah berdoa untuk memiliki mereka, tetapi mereka dahulu berdoa untuk memiliki Anda.

Ayah biasanya adalah kepala keluarga. Ia juga sebagai pencari nafkah, kendati terkadang peranan ini juga disandang sang ibu secara sebagian atau keseluruhan.

Namun, tanpa mengecilkan fungsi dan peranan para anggota keluarga lainnya, keberadaan seorang ibu sangatlah vital dalam sebuah keluarga seperti deskripsi di bawah ini:
     Ia bekerja 24 jam setiap hari di rumah
     Ia seorang ibu
     Merangkap jam alarm
     Koki
     Babu
     Guru
     Baby sitter
     Juru rawat
     Sopir
    Tukang
    Satpam
    Juru foto
    Penasehat
    Entertainer (penghibur)
    Ia tidak boleh cuti, lembur, maupun libur
    Ia bekerja setiap pagi hingga malam hari
    Gajinya hanya pelukan dan ciuman


Kaum ilmuwan, utamanya ginekolog, bersaksi tentang pengorbanan dahsyat seorang ibu berikut ini:

DERITA & CINTA IBU DEMI SANG BUAH HATI

Tubuh manusia hanya mampu menahan rasa sakit sebanyak 45 del (satuan rasa sakit). Namun, saat melahirkan, seorang ibu harus menahan rasa sakit sebanyak 57 del. Ini sama nilainya dengan 20 tulang manusia yang patah secara serentak. Tak seorang pria pun di dunia ini yang mampu menahan rasa sakit sedahsyat itu.

Selama hamil, seorang ibu membawa beban di perut dan bagian tubuh lainnya seberat 12,5 kilogram. Tak seorangpun pria di dunia ini yang mampu membawa beban seberat itu selama 9 bulan tanpa henti.

Itulah sebabnya Rasulullah bersabda bahwa meskipun kita menggendong ibu kita dari rumah ke Baitullah sebanyak 7 kali pulang pergi, derita sang ibu mustahil terlunasi. 


Dan ini adalah ilustrasi imajinatif seorang sastrawan tentang kemuliaan ibu:

DIALOG CALON BAYI DENGAN TUHAN

BAYI: Tuhan, Engkau akan mengirimku ke dunia besok. Bagaimana aku yang sangat kecil, lemah, tak berdaya ini bisa hidup di dunia yang ramai dan ganas itu?

TUHAN: jangan cemas, di dunia sana ada seorang bidadari yang tak sabar menunggumu dan akan memeliharamu dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga kamu dewasa kelak.

BAYI: siapa yang akan menjagaku dari bermacam bahaya di bumi yang brutal itu?

TUHAN: bidadarimu itu juga yang akan melindungimu, ia ikhlas meskipun harus mengorbankan nyawanya demi kamu.

BAYI: siapa nama bidadariku yang sangat mulia hatinya itu?

TUHAN: namanya sangat mudah kamu ingat, “Ibu”.

Berkat jasa seorang ibu, rumah pun menjadi sebuah “sekolah” yang terbesar bagi setiap anak. Sebagaimana kita ketahui, dalam kehidupan sosial kita ada tiga sentrum (pusat) pendidikan. Yaitu rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.

Namun yang umumnya kita ketahui selama ini hanyalah sentrum sekolah. Padahal seorang anak hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja di sekolah. Sebagian besar waktu anak digunakannya di rumah.

Jim Trelease, penulis buku “The Read-Aloud Handbook” (“Buku Panduan Membaca Nyaring) membeberkan fakta, dalam setiap tahun ajaran, seorang anak menghabiskan waktu selama 7.800 jam di rumah, dan hanya 900 jam di sekolah... lantas, guru manakah yang lebih akuntabel? Guru di sekolah, atau guru di rumah (ibu)?


JADI, BAHAGIA DI RUMAH ADALAH...

Intinya, “bahagia di rumah” adalah suatu realita kebahagiaan yang terwujud secara alami dan langgeng dalam lingkup rumah tangga.

Kunci pokok untuk mencapai kebahagiaan di rumah adalah memperkokoh tatanan keluarga sebagai elemen sebuah masyarakat yang pada gilirannya merupakan konfigurasi bagi tumbuh kembang sebuah negara.

Dengan kata lain, untuk memperkuat sebuah negara maka diperlukan penguatan masyarakat-masyarakat dalam negara itu. dan, selanjutnya, untuk memperkuat sebuah masyarakat maka diperlukan penguatan keluarga-keluarga dalam tiap masyarakat. Keluarga merupakan faktor kunci bagi penguatan sebuah negara.

Keluarga atau rumah tangga terbentuk dari sebuah institusi yang bernama perkawinan yang diawali sekaligus disahkan dengan sebuah ritual bernama “pernikahan”. Kuat atau lemahnya sebuah keluarga tergantung pada kuat atau lemahnya institusi perkawinan itu.

Oleh sebab itu, untuk memperkokoh sebuah keluarga, sangat dibutuhkan pembinaan serta pengelolaan yang kontinyu dan intensif terhadap setiap anggota dalam lembaga perkawinan tersebut.


ENAM KLASIFIKASI ATAU TIPE HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN

Demi efisiensi dan efektivitas pembinaan serta pengelolaan itu, psikolog M.M. Nilam Widyarini menganjurkan kepada setiap pasangan suami isteri untuk memahami enam klasifikasi atau tipe hubungan dalam perkawinan, sesuai teori Cuber & Harroff, yaitu:

1. Conflict-habituated
Tipe hubungan conflict-habituated adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar. Kebiasaan ini menjadi semacam jalan hidup bagi mereka, sehingga secara konstan selalu menemukan ketidaksepakatan. Jadi, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut. Kadang didukung oleh kehidupan seks yang memuaskan.

2. Devitalized
Tipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun, mereka cenderung mengalami kekosongan perkawinan dan tetap bersama-sama, terutama demi anak dan posisi mereka dalam komunitas.

Cukup menarik, karena pasangan dengan tipe ini tak merasa bahwa dirinya tidak bahagia. Mereka berpikir bahwa keadaan yang dialami merupakan hal biasa setelah tahun-tahun penuh gairah dilampaui. Sayang sekali bahwa tampaknya ini merupakan tipe yang paling umum dalam perkawinan.

3. Passive-congenial
Pasangan dengan tipe passive-congenial sama dengan pasangan tipe devitalized, tetapi kekosongan perkawinan itu telah berlangsung sejak awal. Perkawinan seperti ini seringkali disebabkan perkawinan lebih didasari kalkulasi ekonomi atau status sosial, bukan karena hubungan emosional.

Seperti pasangan tipe devitalized, hanya sedikit keterlibatan emosi, tidak terlalu menghasilkan konflik, tetapi juga kurang puas dalam perkawinan. Nyatanya, pasangan-pasangan ini lebih banyak saling menghindar, bukannya saling peduli.

4. Utilitarian
Berbeda dengan tipe-tipe yang lain, tipe utilitarian ini lebih menekankan pada peran daripada hubungan. Terdapat perbedaan sangat kontras, terutama bila dibandingkan dengan dua tipe terakhir (vital dan total) yang bersifat intrinsik, yaitu yang mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri.

5. Vital
Tipe vital ini merupakan salah satu dari tipe hubungan perkawinan dengan ciri pasangan-pasangan terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain, dan saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas.

Pada tipe ini masing-masing pribadi memiliki identitas pribadi yang kuat. Di dalam komunikasi mereka terdapat kejujuran dan keterbukaan. Bila terdapat konflik biasanya karena hal-hal yang sangat penting dan dapat diatasi dengan cepat. Ini merupakan tipe perkawinan yang paling memuaskan. Sayang sekali tipe ini paling sedikit kemungkinannya.

6. Total
Tipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital. Bedanya, pasangan-pasangan ini menjadi “satu daging” (one flesh). Mereka selalu dalam kebersamaan secara total, sehingga meminimalisasi adanya pengalaman pribadi dan konflik. Tidak seperti pada tipe devitalized, kesepakatan biasanya dilakukan demi hubungan itu sendiri. Tipe perkawinan seperti ini sangat jarang.

Menurut Widyarini, alasan utama yang mendasari sebuah perkawinan adalah untuk memiliki teman hidup yang dicintai dan mendapatkan kepuasan psikologis dari hubungan tersebut. Kenyataannya, perkembangan perkawinan dapat menuju ke berbagai arah, sehingga ada berbagai tipe hubungan dalam perkawinan.

Untuk apa menikah? Setiap orang dapat memiliki jawaban berbeda-beda atas pertanyaan tersebut. Mungkin alasannya ekonomi, yakni untuk menjamin kelangsungan hidup secara materi. Itu sebabnya kita menemukan perkawinan yang pertimbangan utamanya adalah kekayaan calon pasangan.

Alasan-alasan lain yang dapat kita temukan antara lain demi mendapatkan keturunan, demi status sosial, demi cinta, dan sebagainya. Namun, alasan yang paling umum mendasari keputusan seseorang untuk menikah adalah untuk memiliki teman hidup yang dicintai dan mendapatkan kepuasan psikologis dari hubungan tersebut.

Meskipun di samping alasan tersebut mungkin juga ada pertimbangan ekonomi atau status sosial, pemenuhan kebutuhan psikologis akan adanya pasangan hidup (companionship) biasanya menjadi tujuan utama. Dengan tujuan utama seperti ini, seseorang akan merasa hidupnya bahagia bila menemukan kepuasan dalam relasi perkawinan.

Sayang sekali tujuan untuk memiliki relasi perkawinan yang hangat, terbuka, saling menghargai, kehidupan seks yang harmonis, komitmen jangka panjang, itu semua lebih mudah diimpikan, tetapi tidak mudah untuk diwujudkan.

Tidak semua pasangan yang memiliki tujuan atau nilai-nilai tersebut dapat meraihnya dengan cara yang sama dan dalam tingkat pencapaian yang sama pula. Alhasil, terdapat bermacam-macam tipe hubungan dalam perkawinan.

Tipologi Relasi

Dengan mengutip William Lederrer & Don Jackson (dalam Atwater, 1983), Widyarini mengklasifikasi perkawinan ke dalam dua dimensi: puas/tidak puas dan stabil/labil.  

Menurut mereka, pada umumnya perkawinan termasuk dalam kategori puas dan labil, yakni terdapat komitmen yang kuat terhadap perkawinan, tetapi kadang-kadang mengalami stres, ketidaksepakatan, dan pertengkaran.

Di sisi lain, perkawinan yang berakhir dengan perceraian atau dihiasi permasalahan berat, biasanya memiliki relasi yang tak memuaskan dan tidak stabil, ditandai dengan adanya konflik berkelanjutan dan saling menyakiti.

Tipologi relasi perkawinan yang lebih populer adalah dari studi yang dihasilkan oleh Cuber & Harroff. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 100 pasangan yang telah menikah lebih dari sepuluh tahun dan tidak terancam perceraian serius, mereka lantas menglasifikasi pasangan yang diteliti.

Mengupayakan Kebahagiaan

Widyarini juga menekankan, tidak terlalu berguna bila kita menerapkan tipologi hubungan perkawinan ini untuk orang lain. Manfaat utama yang dapat kita petik adalah dengan menengok pada perkawinan kita masing-masing.

Dengan mencoba mencari kesesuaian hubungan perkawinan kita dengan salah satu dari enam tipe yang telah diuraikan di atas, kita dapat bercermin seperti apakah perkembangan relasi perkawinan kita.

Apakah kita memiliki ciri-ciri hubungan dengan tipe vital? Bila ya, berbahagialah kita karena menemukan kepuasan dalam perkawinan. Bila kenyataannya lain, berarti sudah saatnya mengupayakan kebahagiaan perkawinan yang telah dibina.

Apakah yang perlu diusahakan? Tidak lain dengan melakukan penyesuaian diri dalam beberapa hal: penyesuaian peran, dalam komunikasi dan konflik, dalam kehidupan seks, dan dalam menghadapi perubahan-perubahan (Atwater, 1983), papar Widyarini.

Penyesuaian dalam peran

Untuk mencapai kepuasan dalam perkawinan, lanjut Widyarini, kedua belah pihak harus terus-menerus kembali menyesuaikan diri (readjusting) dalam memahami apa yang dapat diharapkan satu sama lain secara rasional dari peran masing-masing. Hal yang paling penting adalah memperbesar fleksibilitas dalam meletakkan harapan peran terhadap pasangan masing-masing.

Harapan yang terlalu kaku dan tidak realistis (misalnya mengharapkan istri harus pandai memasak atau suami harus mencukupi semua kebutuhan finansial) tentu akan menimbulkan kekecewaan. Sharing atau berbagi peran perlu dilakukan, misalnya istri ikut ambil bagian untuk mencari nafkah. Di sisi lain, suami juga ambil bagian dalam pengasuhan  anak dan urusan domestik lainnya.

Dalam komunikasi dan konflik

Widyarini mengungkapkan, perkawinan yang bahagia selalu ditunjang oleh komunikasi yang efektif: membicarakan berbagai persoalan, memahami apa yang didengar dengan baik, sensitif terhadap perasaan pihak lain, dan menggunakan ekspresi nonverbal di samping komunikasi verbal, tidak menyalahartikan pesan emosi pasangan. Pasangan tidak bahagia biasanya karena cenderung mendistorsi (menyalahartikan) pesan-pesan verbal maupun nonverbal secara negatif.

Konflik dalam perkawinan dapat berkembang karena kesalahan komunikasi, ketidakserasian hubungan seks, masalah keuangan, anak, dan sebagainya. Untuk mengatasi konflik-konflik tersebut, yang penting adalah bagaimana mengelolanya.

Yang terbaik adalah menghadapi konflik, bukan menghindarinya. Perlu diyakini bawa perbedaan dan konflik adalah hal yang biasa terjadi dalam perkawinan. Dengan itu kita dapat belajar bagaimana mengatasi melalui cara yang disepakati, sehingga dua belah pihak dapat tumbuh semakin matang.

Dalam relasi seksual

Widyarini mengklaim, baik pria maupun wanita memiliki kebutuhan seksual yang berbeda-beda, dan kepuasan yang diharapkan juga berbeda-beda. Karena itu, yang diperlukan adalah keterbukaan satu sama lain untuk menemukan keserasian.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah membangun kedekatan dan rasa aman dengan pasangan. Kebanyakan pasangan mengalami kenikmatan intercourse karena kedekatan dan rasa aman tersebut.

Dalam menghadapi perubahan

Dengan berjalannya waktu, dengan kehadiran anak, dan lain-lain, pada umumnya pasangan pasangan mengalami penurunan gairah. Mereka mengalami devitalized: persoalan berkurang, tetapi juga semakin kurang mengekspresikan cinta.

Namun, terdapat pengecualian: mereka yang tetap saling terbuka dan menjaga kebersamaan justru semakin menunjukkan rasa cinta bila dibanding dengan masa-masa awal perkawinan, tutur Widyarini.


5 FASE PERNIKAHAN DAN TANTANGANNYA

Sejalan dengan Widyarini, Rita DeMaria, PhD, penulis buku “The 7 Stages of Marriages”
(7 Tahap Perkawinan), mengatakan bahwa sebenarnya perkawinan terbagi menjadi beberapa fase penting. Dan, pada setiap fase itu Anda dan pasangan akan menghadapi berbagai  tantangan yang akan menentukan masa depan rumah tangga Anda berdua.

"Dengan memahami seperti apa fase-fase itu, Anda akan dapat senantiasa melalui tahun demi tahun dengan ikatan cinta dankomitmen yang semakin kuat," kata DeMaria.

Inilah lima fase penting perkawinan dan apa saja yang perlu Anda ketahui:

Fase 1: Bulan madu
Tahun-tahun pertama hingga sebelum kedatangan anak-anak adalah masa penuh gairah dan cinta. Semua selalu tentang Anda berdua. Berlibur berduaan ke tempat terpencil, bercinta di waktu-waktu tak terduga, semuanya membuat hubungan terasa begitu romantis bak di film-film.

Namun, sebaiknya Anda juga perlu berusaha membangun fondasi rumah tangga dari hal-hal yang berada di luar urusan kamar tidur. Ini saatnya bicara, apa yang akan Anda berdua rencanakan untuk masa depan keluarga. Kapan akan punya anak, lalu bagaimana karier Anda dan suami. Siapa yang akan mengasuh anak nanti, dan apa harapan suami untuk anak-anak dan juga Anda. Bicarakan ini, maka selanjutnya Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk perdebatan yang tidak perlu.

Fase 2: Memantapkan fondasi
Anak-anak mungkin belum lahir, tapi Anda mulai mengetahui kekurangan, kelebihan, serta kebiasaan buruk pasangan – begitu pula dengan dirinya terhadap Anda. Di tahap ini, Anda perlu belajar pentingnya kerjasama tim di dalam keluarga.

Samakan kembali visi dan misi ke depan dan jalin kedekatan dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap Anda berdua, seperti keluarga besar misalnya.

"Salah satu penyebab pasangan suami-istri mengalami perceraian pada fase ini adalah karena mereka tidak berusaha untuk mempertemukan dua pikiran, dan malah menghindari perbedaan pendapat," kata Beverly Hyman, PhD, salah satu penulis buku “How to Know If It's Time to Go: A 10-Step Reality Test for Your Marriage” (Bagaimana Cara Mengetahui Sudah Tiba Waktunya: 10 Langkah Tes Realitas Untuk Perkawinan Anda).

Fase 3: Keluarga adalah segalanya
Ini adalah fase terpenting dari kehidupan berkeluarga. Pada saat ini, Anda sudah membangun keluarga utuh dengan beberapa orang anak, membeli mobil dan rumah, dan mulai mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan masa depan. Hidup jadi semakin sibuk, dan menurut Dr Hyman, inilah saat yang rawan. Sebab, Anda jadi kurang memiliki waktu untuk berpikir tentang pasangan, bagaimana caranya agar bisa punya banyak waktu berdua, dan bagaimana menikmati keintiman dengan pasangan. Yang lebih banyak Anda pikirkan adalah anak-anak, pekerjaan, dan utang-utang yang harus dibayar.

"Sempatkan untuk berbicara dari hati ke hati dengan pasangan. Atur rencana untuk bisa berduaan saja. Tidak perlu sampai meninggalkan anak, tapi mungkin dengan menunggu mereka tidur di malam hari, lalu Anda bisa nonton berduaan dengan pasangan dan bercakap-cakap. Lebih baik lagi, bila setelahnya 'percakapan' ini berlanjut di atas ranjang," saran Dr Hyman.

Fase 4: Kembali berdua
Ketika anak-anak sudah besar, menuntut ilmu atau bekerja di kota lain dan lebih sibuk dengan urusan pribadinya, Anda akan mendapati bahwa inilah saat ketika Anda kembali berduaan dengan pasangan. Berbeda dengan dulu pada waktu baru menikah, Anda mungkin bisa dibilang tidak punya banyak beban. Segala yang bersifat material sudah tercapai dan secara emosional Anda dan pasangan juga sudah jauh lebih matang.

Dr Hyman menyarankan Anda berdua untuk memanfaatkan fase ini dengan mencoba berbagai pengalaman baru. Seperti menekuni olahraga, berkebun, atau memelihara binatang. Anda bisa melakukannya bersama pasangan atau sendiri-sendiri.

Fase 5: Lengkaplah sudah!
Anak-anak sudah menikah dan membina rumah tangganya sendiri. Anda juga sudah pensiun dari pekerjaan dan punya banyak waktu bersama pasangan. Pada fase ini, Anda perlu menikmati segala yang telah Anda dapat selama perjalanan waktu. Tidak banyak yang perlu Anda hadapi lagi di fase ini, selain menyongsong hari tua bersama pasangan, sambil selalu menjalin kedekatan dengan anak dan cucu.


5 HAL PENTING DALAM PERNIKAHAN

Fidelia dari Ghiboo.com – mengutip Times of India – mengemukakan, pernikahan umumnya dipandang sebagai langkah untuk memperbaiki hidup, status dan menuju satu kebahagiaan. Tentunya pemikiran itu sah-sah saja dan semua orang mengharapkan satu kebahagiaan.

Namun ada lima hal pemikiran yang kontra antara pria dan wanita yang mungkin bisa menjadi permasalahan penting dalam pernikahan dan menjadi penyebab hancurnya sebuah pernikahan jika Anda tidak siap.

Tidak kesepian
Kesepian atau tidak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pernikahan. Karena banyak wanita umumnya ketika sudah menikah justru merasa lebih kesepian karena tidak bisa berkomunikasi baik dengan pasangan. Bagi mereka yang kesepian dan merasa pernikahan menjadi solusi, sebaiknya berpikir ulang tentang hal ini.

Kapan saja berhubungan seks
Hasrat seksual dan frekuensi tergantung pada libido, kompatibilitas dan penerimaan 'seks' antara kedua pasangan. Banyak pasangan yang justru kerap bertengkar sehingga saling benci dan tidak pernah melakukan hubungan seksual. Mungkin, salah satu dari antara mereka mengira dengan menikah bisa memuaskan hasrat seksual kapan saja, padahal tidak selalu begitu.

Haruskah tidak bekerja
Tidak sedikit dari wanita yang menyatakan berhenti bekerja saat akan menikah dan menyerahkan semua masalah ekonomi keluarga kepada suami. Sebaiknya, hal ini Anda bicarakan terlebih dahulu dengan pasangan sebelum menikah karena belum tentu dia setuju.

Bahagiakan keluarga besar
Banyak pasangan yang dikondisikan untuk memenangkan hati mertua dengan segera memberikan cucu. Namun, belum tentu usaha yang Anda lakukan berbalas. Jangan kecil hati, tetap beri hormat, cinta dan perhatian, tapi jangan berharap banyak.

Punya anak belum tentu memperbaiki masalah
Pasangan kerap merasa ketidakbahagiaan dalam pernikahan karena tidak mendapat restu orangtua. Lantas Anda berpikir dengan memiliki anak orangtua pasti menerima, tidak selalu pemikiran ini benar. Jadi, sebaiknya Anda dan pasangan berpikir matang apakah sudah benar-benar siap memiliki anak.


4 KUNCI RUMAH TANGGA BAHAGIA

Menurut Ayu Kinanti dari Yahoo! Indonesia, keempat kunci rumah tangga bahagia itu adalah:

Pertama: Saling menghormati. Cinta memang alasan utama kita menikahi seseorang. Namun cinta tak akan bisa bertahan tanpa rasa saling menghormati. Menghormati bukan berarti tunduk, melainkan komitmen untuk saling mendukung pasangan dalam keadaan seperti apapun. Seburuk apapun keadaan pasangan, tak ada satu alasan pun yang membolehkan Anda menghinanya. Ingat, semua aib pasangan, juga merupakan aib Anda. Kegagalannya juga merupakan kegagalan Anda.

Kedua: Menjaga keintiman. Menikah berarti menjalankan babak baru dalam kehidupan cinta Anda. Akan ada banyak perubahan yang terjadi jika dibandingkan dengan masa-masa pacaran. Saat menikah, keintiman terkadang terlupakan. Terlalu sibuk mencapai tujuan hidup atau sekadar mengejar materi seringkali membuat para pasangan lupa untuk menunjukkan rasa cintanya.

Untuk itu selalu sediakan waktu untuk pasangan Anda. Kecupan manis dan kata-kata cinta yang tulus akan kembali membangkitkan keintiman Anda. Anda dan pasangan juga tak akan pernah lupa alasan kalian saling jatuh cinta.

Ketiga: Kerja tim. Setelah menikah, Anda dan pasangan adalah sebuah kesatuan. Tak ada lagi 'Saya' atau 'Dia', yang ada hanya 'Kita'. Untuk itu Anda harus menyusun cara kerja tim yang sesuai. Jangan saling memaksakan pandangan. Menyatukan dua pikiran dari latar belakang yang berbeda tak pernah mudah. Namun jika Anda dan pasangan saling mendukung, hal itu sangat mungkin dilakukan.

Keempat: Menjaga komitmen. Menjaga komitmen sangat penting dilakukan. Hal ini akan menambah rasa percaya diri Anda dan pasangan terhadap pernikahan kalian. Anda dan pasangan pun tak akan mudah digoyahkan oleh cobaan yang melintang.


PERNIKAHAN MEMBUAT ORANG LEBIH BAHAGIA

Seolah mendukung pendapat Kinanti tersebut di atas, psikolog Anna Surti Ariani menegaskan, bahwa pernikahan membuat orang lebih bahagia. Rasa cinta dan romantisme bersama pasangan mungkin masih hangat di awal hubungan. Seiring berjalannya waktu, sebuah hubungan akan berubah menjadi kasih sayang dan pengertian.

Ariani mengidentifikasi, persentase kebahagiaan lebih besar pada orang yang menikah dibandingkan orang yang belum menikah. Hasil penelitian dan data dari buku “Marriages, Families, and Intimate Relationship” (Perkawinan, Keluarga, dan Hubungan Intim) menjelaskan bahwa orang menikah yang bahagia sebesar 40 persen. Sementara persentase orang berbahagia dan belum menikah hanya sebesar 22 persen.

"Dua pertiga orang yang menikah ternyata akan merasa lebih bahagia setelah melewati lima tahun pertama kehidupan pernikahan," ujarnya. Alasannya karena rasa cinta yang menggebu-gebu hanya berlangsung sementara, antara enam hingga 30 bulan. Selebihnya, hubungan bersama pasangan berdasarkan kasih sayang dan pengertian diantara pasangan.

Ariani menjelaskan, komunikasi sangat membantu pasangan mencapai kebahagiaan.
"Komunikasi tidak hanya dalam bentuk verbal atau lisan. Namun komunikasi non verbal
seperti bahasa tubuh sangat penting mempertahankan kelanggengan hubungan," kata Ariani. Dia menambahkan, 69-95 persen komunikasi antarpasangan dilakukan dengan tatap muka dan bahasa tubuh.


RAHASIA PERNIKAHAN LANGGENG SEPANJANG MASA

Petti Lubis dan Lutfi Dwi Puji Astuti membeberkan rahasia pernikahan langgeng sepanjang masa. Menurut mereka, semua pasangan suami istri mendambakan pernikahan awet dan saling mencintai satu sama lain.

“Masalahnya, untuk memiliki ikatan kuat dengan pasangan hingga sehidup semati tidaklah semudah membalikkan tangan. Namun, bukan berarti Anda dan suami tidak bisa menjalani perkawinan bahagia” ujar mereka.

Lubis dan Astuti menganjurkan tips berikut ini agar ikatan perkawinan makin kuat:

1. Empat ciuman sehari
Faktor penting yang sering dilupakan ketika pasangan melangkah ke dalam kehidupan rumah tangga adalah ciuman. Melakukannya empat kali sehari akan mempererat ikatan emosional.

Ciuman tak melulu beradu bibir, namun juga bentuk-bentuk ciuman hangat di kening atau pipi. Biasakan mengomunikasikan rasa sayang dengan ciuman hangat menjelang berangkat kerja, atau beranjak tidur.

2. Kejutan
Saling memberikan kejutan bisa membuat Anda atau pasangan merasa diperhatikan. Perasaan ini bisa membuat rasa cinta makin kuat, dan sulit 'goyang' bila diterpa masalah. Berikan kejutan buat pasangan, meski bukan di saat-saat istimewa. Dijamin, pasangan juga akan berbuat hal sama untuk Anda.

3. Jangan pernah pisah ranjang
Usahakan untuk selalu tidur bersama. Meskipun sedang bertengkar, sebaiknya Anda dan pasangan tidak pisah ranjang. Tanpa Anda berdua sadari, tidur bersama walau ada masalah, bisa meredakan hati 'panas', sehingga lebih mudah mencari solusi keesokan paginya.

4. Anak-anak
Tidak memiliki anak-anak dalam sebuah pernikahan terkadang menjadi satu alasan banyak pasangan berpisah. Namun, ada sebagian pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak. Jika memang sudah menjadi kesepakatan bersama hal itu tidak menjadi masalah besar. Karena, bagi sebagian orang, memiliki anak juga bisa menjadi penyebab frustasi.

Tapi, perlu Anda ingat, memiliki anak-anak justru bisa membuat perkawinan dalam keluarga lebih kuat. Sebab, anak adalah ikatan Anda berdua yang sulit dipisahkan.

5. Bercinta secara teratur
Idealnya, aktivitas bercinta dilakukan minimal 2-3 kali seminggu. Seks teratur, selain membuat tubuh kebal penyakit, juga dipercaya bisa mempererat ikatan batin pasangan suami istri.

Namun, tak bisa dipungkiri, terkadang gairah seseorang bisa redup. Jika Anda atau pasangan mengalami masalah ini, jangan didiamkan. Nyalakan kembali hasrat bercinta dengan mencari tahu pokok masalah yang membuat gairah 'merosot'.


9 RAHASIA PERNIKAHAN BAHAGIA DAN LANGGENG

Ken Robbins, profesor klinis psikiatri dari University of Wisconsin-Madison membuka 9 rahasia tersebut berikut ini:
Rahasia 1: Awasi lingkar pinggang
Ketika sudah menikah, biasanya banyak orang yang merasa tidak perlu lagi menjaga bentuk tubuh. Benar begitu? Salah besar. Dari satu studi terungkap, peluang pasangan menjadi gemuk meningkat 37 persen ketika pasangan Anda juga gemuk. Maka, sejak awal, perlu menerapkan kebiasaan makan yang sehat. Ajak pasangan untuk menyantap makanan yang segar dan tentu saja rendah kalori. Atau, jadwalkan pula kencan menawan di sebuah tempat fitnes.

Rahasia 2: Siapkan perencanaan keuangan yang matang
Berdasarkan sebuah studi terungkap, sekitar 40 persen pasangan suami istri (pasutri) kerap berbohong pada pasangannya soal pendapatan. Ternyata, uang juga bisa bikin perkawinan tunggang langgang. Bahkan, tak jarang masalah uang merupakan alasan utama pasutri bertengkar.

Ada baiknya, mulai sekarang Anda membicarakan soal uang ini pada pasangan. Jangan khawatir bila Anda termasuk pemboros, sedangkan istri tergolong super hemat. Yang penting, bicarakan ini berdua. ''Lebih baik masalah keuangan diselesaikan sejak awal. Bicarakan, siapa yang harus membayar tagihan atau berapa utang yang harus diselesaikan,'' ujar Ken Robbins.

Rahasia 3: Tentukan aturan keluarga
Sepanjang 5-10 tahun awal perkawinan, pasutri menghabiskan waktu untuk 'bertengkar' menentukan 'kebijakan' keluarga agar berjalan mulus. Tak jarang, hal-hal kecil juga membuat keduanya berada dalam situasi panas. Tiap pasutri bisa saja punya cara masing-masing untuk membesarkan anak. Lagi-lagi, yang penting adalah komunikasi intensif di antara pasutri. ''Anda harus menentukan bagaimana agar kehidupan berkeluarga tetap bahagia namun tidak kehilangan jati diri masing-masing,'' ujar Robbins.

Rahasia 4: Menjaga keintiman
Untuk pasutri, kehidupan seks yang sehat dapat menunjang hubungan yang hangat. Namun, tidak perlu juga membuat jadwal khusus untuk melakukan aktivitas ini. ''Jika membuat jadwal seks, ini menjadi seperti tanggung jawab besar yang harus dilakukan, mirip seperti tanggung jawab membuang sampah,'' kata Andrew Goldstein, ginekolog di Johns Hopkins School of Medicine, Baltimore, AS. Biasanya, pasutri melakukan hubungan seks 58 kali tiap tahun atau sekitar sekali seminggu. Namun, itu tidak perlu jadi patokan. Lebih penting lagi, Anda menjalaninya dengan bahagia. Bahkan, keintiman dengan bergandeng tangan saja bisa menurunkan level hormon pemicu stres.

Rahasia 5: Mengelola keuangan
Kehidupan rumah tangga selalu ada saja pasang surut. Tak akan selalu berjalan mulus. Berusahalah fleksibel menghadapi segala situasi. Pun, untuk kondisi terberat. Bila kepala keluarga tiba-tiba kehilangan pekerjaan, inilah saatnya sang istri untuk mengambil alih kendali keuangan. Tidak perlu masalah seperti ini dibesar-besarkan. Lagi-lagi, komunikasi intensif adalah kuncinya. ''Setiap orang punya peran tersendiri dalam hubungan ini. Demi kebaikan, tidak perlu dipermasalahkan, ini uang siapa, ini hasil kerja siapa,'' ujar Goldstein. ''Uang itu adalah uang kalian berdua.''

Rahasia 6: Rutin berolahraga
Satu penelitian mengungkapkan, pasangan yang kerap berolahraga bersama terbukti terus rajin untuk melakukan aktivitas ini. Sejumlah pakar juga menyarankan pasangan yang sering olahraga punya kehidupan yang lebih baik. Pilihlah olahraga yang disukai bersama. Tidak perlu terlalu berat. Olahraga ringan hingga sedang cukup untuk membuat jauh dari kemungkinan terkena penyakit jantung.

Rahasia 7: Mengatasi masalah
Bukan ingin mengungkap masalah rumah tangga, namun terkadang ada baiknya kita bertanya pada orang yang bisa kita percaya jika ada masalah. ''Berbicara pada teman dekat, tak jarang cukup membantu ketika ada masalah besar muncul,'' ujar Robbins. Kendati begitu, lebih baik Anda bisa bijaksana untuk mengungkap masalah yang tepat dikatakan pada sahabat atau seorang konsultan perkawinan.

Rahasia 8: Temukan kembali cinta kalian berdua
Ketika anak-anak mulai mandiri dan punya kehidupan sendiri, tak jarang pasutri justru seperti menemukan kebahagiaan yang baru. Kualitas komunikasi pasutri lebih meningkat. ''Tiba-tiba tidak ada rutinitas mengurus anak yang dulu terasa membelenggu,'' kata Robbins.

Kalau begini situasinya, hubungan pasutri bisa ditingkatkan dan temukan lagi cinta kalian berdua.

Rahasia 9: Mencari bantuan
Ketika pasangan menghadapi masalah kesehatan seperti sakit berat, suami/istri yang sehat kerap merasakan beban tersendiri saat harus merawat. Jika sudah begini, jangan ragu untuk mencari bantuan bila diperlukan. Bertemulah teman dan tetap bersosialisasi. Ini penting untuk sang pengasuh. ''Suami/istri yang butuh bantuan kerap merasa bersalah dan frustrasi. Pasangannyalah yang harus membantu meredam perasaan ini,'' kata Robbins.

10 LANGKAH UNTUK MENYEMPURNAKAN PERKAWINAN

Sebagai pamungkas, Muslimah Spirit, secara ringkas memberi petunjuk tentang 10 langkah untuk menyempurnakan sebuah perkawinan:
  • Shalat berjamaah dengan semua anggota keluarga
  • Memberi pujian kepada pasangan masing-masing setiap hari
  • Merobah diri sendiri ketimbang merobah pasangan masing-masing
  • Merendahkan harapan-harapan Anda (jangan berkhayal muluk-muluk)
  • Berusaha saling menikmati kebersamaan dengan pasangan masing-masing
  • Menerima kekurangan masing-masing
  • Jangan terlalu saling memastikan (kepastian hanya di tangan Tuhan)
  • Jangan menyimpan dendam dan iri hari
  • Sering memaafkan
  • Saling menghargai


NOVAVERSARY...

28 tahun bukanlah waktu yang singkat, saya mengenal Tabloid Nova sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah hingga saat ini saya sudah memiliki 2 buah hati tetapi Tabloid NOVA masih setia menemani kami semua dengan tampilan dan konten yang makin luar biasa. Karena Ibunda sering membaca Tabloid NOVA, anak-anakpun tak mau ketinggalan dengan apa yang saya baca. Suatu ketika anak-anak menemukan resep kue vaforit mereka, merekapun berinisiatif memberi kejutan pada Ibundanya. Saat mommy day di mana Ibu terbebas dari semua tugas rumah, anak-anak berusaha untuk membuat kue tsb untuk kami sekeluarga. Dari situ terbukti, Tabloid NOVA sudah menjadi Tabloid Keluarga, setiap kali terbit Tabloid NOVA menjadi rebutan, semua ingin membacanya terlebih dahulu. Terima kasih Tabloid NOVA, kehadirannu makin menghangatkan keluarga kami. 

NOVAVERSARY, doa & harapan. Semoga Tabloid NOVA bisa lebih menginspirasi dan mengedukasi wanita-wanita Indonesia pada khususnya dan keluarga Indonesia pada umumnya melalui artikel-artikelnya yang sangat bermanfaat. Dan semoga Tabloid NOVA menjadi salah satu media cetak yang bisa membawa perubahan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Happy Anniversary............ 

Sumber: diolah dari berbagai referensi.

9 komentar:

  1. Wah lengkap banget ini. Semuanya ada disini. Yang penting bahagia yah apapun yang terjadi kita selalu bisa milih untuk bahagia

    BalasHapus
  2. Wah, jd diingetin akan ada masanya dimana akan kembali berdua aja di rumah ma suami. Tulisannya bagus :D

    keluargahamsa.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak. InsyaAllah akan datang masa itu :)

      Hapus


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima kasih sudah berkomentar yang sopan dan membangun.
Jangan bosan untuk berkunjung lagi ya....