Selamat Idul Fitri 1439 H Taqabbalallahu Minna wa Minkum

Rabu, 05 April 2017

UNKAKU

Aku dan Unkaku beberapa saat setelah ia menerima piala Juara Umum II untuk tingkat sekolahnya serta Juara I untuk tingkat kelasnya.


Nama panjangnya “Ince Unka Sultan Azir.” Nama pendek jantung hati kami ini ialah “Unka” – yang merupakan akrostik dari inisial nama saya dan nama suami saya.

Namun masing-masing anggota keluarga kami lebih suka memanggilnya “Unkaku”. Suku kata “ku” yang kami tambahkan di belakang namanya semata untuk mempertegas bahwa dia adalah milik atau harta titipan Tuhan yang paling berharga bagi kami di dunia ini, maupun di akhirat nanti. Insya Allah.

Saat ini usia Unkaku sudah menjelang tahun kedelapan. Ia lahir di Jakarta, 19 Desember 2009.

Kami punya banyak alasan dalam mencintai dan menyayanginya sepenuh hati. Namun ada tiga alasan paling substansial yang membuat kami menganggap dan memperlakukannya sebagai makhluk Tuhan yang terpenting bagi kami di dunia ini.


UNKAKU SANGAT CERDAS SEJAK BAYI

Alasan pertama yang membuat kami sangat menyayangi Unkaku ialah karena sejak bayi ia sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan, bahkan kejeniusan, jauh melampaui saudara-saudara dan kerabatnya, baik dari pihak saya maupun pihak ayahnya. Berkat kepintarannya itu, Unkaku selalu menjadi fokus kebanggaan keluarga besar kami. Bahkan para tetangga kami menjulukinya “Habibie kecil.”

Pada usia 11 bulan, ia sudah bisa berkomunikasi lisan dengan setiap orang meskipun dengan ucapan yang belum fasih.

Pada usia dua tahunan, ia sudah bisa membaca buku, koran, dan bahan-bahan bacaan lainnya, baik yang berhuruf latin maupun berhuruf Arab. Ia juga bisa menulis alfabet latin maupun Arab di atas kertas dan di papan tulis; menghapal sejumlah kata dan kalimat Bahasa Inggris, termasuk the opposites; melukis orang-orang, pemandangan, dan karakter-karakter fantasi, dan lain-lain, sesuai idenya sendiri.

Selain itu, juga sejak umur dua tahun, Unkaku telah menghapal tujuh surah dalam Al Qur’an yaitu: Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, An-Naas, Al ’Ashr, Al Lahab, dan Al Kautsar, serta menghapal doa-doa penting yaitu: doa sebelum dan sesudah makan, doa menjelang tidur dan bangun tidur, doa untuk belajar, dan doa saat akan keluar rumah dan pulang. Ia juga sudah menghapal lima rukun Islam dan lima rukun Iman semenjak usia tersebut.

Sejak baru belajar berbicara Unkaku telah mempraktekkan tata kesopanan yang kami ajarkan, antara lain rajin berterima kasih saat menerima pemberian atau perlakuan yang baik dari siapapun, mengucapkan dan menjawab salam, meminta maaf, dan pamit serta mencium tangan kedua orang tua saat akan pergi dan setelah pulang ke rumah.

Menginjak usia empat tahunan, Unkaku telah mampu mengoperasikan berbagai gadget seperti laptop, ipad, smartphone, dan sebagainya, walaupun tombol-tombol dan fitur-fiturnya menggunakan Bahasa Inggris.

Pada usia balita tersebut, dengan menggunakan berbagai perangkat elektronik itu, ia sudah lancar berselancar di dunia maya, mengunduh berbagai file, gambar, video; serta menulis, memotret, dan membuat video, mengirim dan menerima SMS dan telepon, berkomunikasi lewat Facebook, dan sebagainya.

Ajaibnya, semua keahlian itu tak ada yang mengajarinya, terutama karena kami tak memiliki berbagai gadget seperti itu. Unkaku mempelajarinya sendiri dengan cara mengeksplorasinya pada peralatan-peralatan milik famili kami yang kerap bertandang ke rumah kami.

Ketika duduk di bangku sekolah, yakni Madrasah Ibtidayah (setingkat SD), Unkaku selalu Juara Satu di kelasnya. Bahkan tahun 2016 lalu, selain Juara Satu di tingkat kelas, ia juga Juara Umum Ke-2 untuk tingkat sekolah.

Belakangan ini ia telah belajar dan berhasil menciptakan beberapa puisi dan cerpen sederhana.

Unkaku bangga dengan piala juaranya


UNKAKU SANGAT SABAR DAN TAAT KEPADA KEDUA ORANG TUANYA

Alasan kedua yang membuat kami begitu sayang pada Unkaku ialah karena ia sangat penyabar dan taat pada kedua orang tuanya.

Seumur hidup, ia tak pernah minta jajan dan tak pernah minta dibelikan apapun karena ia tahu kami tak punya uang.

Sejak masih berusia balita, Unkaku sangat gemar dan antusias membantu kedua orang tua, seperti disuruh membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari di kios-kios sekitar rumah kami, mengambilkan makanan dan air minum ketika ayahnya akan minum obat, dan sebagainya.


UNKAKU SANGAT RAJIN BERIBADAH

Alasan ketiga, last but not least, kami amat menyayangi Unkaku karena ia rajin beribadah. Shalat lima waktunya dan shalat Jum’atnya tak pernah putus.

Bahkan pada bulan Ramadhan 2016 lalu, Unkaku berhasil menyempurnakan puasa dan shalat tarawihnya selama sebulan penuh.

Selain itu, Unkaku rajin mengaji, baik di Qur’an kecil maupun Qur’an besar, tanpa kami suruh. Unkaku juga sangat keranjingan membaca buku-buku agama, utamanya kisah-kisah 25 Nabi dan Rasul, yang dipinjamnya dari perpustakaan.

Unkaku bersujud syukur setelah berhasil menyempurnakan puasanya selama sebulan penuh pada akhir bulan Ramadhan tahun 2016 lalu


HADIAH & HARAPAN KE DEPAN


Sebenarnya, seandainya kami punya uang, kami sangat ingin memberi Unkaku berbagai hadiah, terutama dari Elevenia, yaitu sepeda Pacific MTB 20' Viper 3.0  yang Unka sangat butuhkan untuk ke sekolah sehingga membebaskannya dari biaya angkot yang kerap cukup memberatkan kami.

Namun, karena kondisi ekonomi kami yang sangat tidak memungkinkan, maka kami pun terpaksa mengubur keinginan tersebut dalam-dalam.

Aku sedang bersiap mengantar Unkaku ke sekolahnya

Selain itu, kami punya sebuah keinginan besar – atau lebih tepatnya: mimpi besar – untuk menyekolahkan Unkaku ke luar negeri, atau ke sekolah yang sangat bermutu di tanah air yang pastinya membutuhkan biaya yang sangat besar bagi ukuran kantong kami.

Rasanya mimpi kami itu sangat mustahil menjadi kenyataan, meskipun kami tidak pernah berhenti bermimpi.

Pasalnya, sejak Unkaku berumur satu tahun, ayahnya di-PHK dan menganggur hingga saat ini. Lebih parahnya lagi, suami saya itu terserang diabetes yang membuatnya terpaksa lebih banyak mendekam di pembaringan.

Sejak itu, keluarga kami pun hidup serabutan dan terkadang tidak makan selama berhari-hari, hingga detik ini.

Selama ini kami hanya hidup dari pemberian dan belas kasih para saudara kami serta para tetangga dan sahabat kami.

Supaya Unkaku bisa makan, saya berusaha mendapat uang dengan berbagai cara yang halal dan memungkinkan, antara lain membantu kerabat memasak berbagai hidangan untuk acara ulang tahun, selamatan, dan sebagainya.

Jika kebetulan ada uang untuk membayar Warnet, saya juga berusaha mengikuti kuis-kuis dan berbagai ajang lomba di internet, utamanya blog competition, yang berhadiah uang, voucher, atau makanan.

Di tengah kemelaratan kami ini, harusnya Unkaku menderita kekurangan gizi. Namun, alhamdulillah, berkat pertolongan Tuhan, kami bisa memberi makan Unkaku walaupun dengan menu apa adanya. Ajaibnya, otaknya malah tumbuh dengan sangat baik.

Semua itu kami anggap sebagai mukjizat.

Dan kami yakin, Tuhan masih akan berkenan memberi kami mukjizat-mukjizat berikutnya.

Namun, di atas semua itu, mukjizat terdahsyat dan terindah dalam kehidupan kami selama ini adalah kehadiran Unkaku di lubuk hati kami. Dialah yang membuat kami mampu bertahan dari berbagai ujian Tuhan yang kami hadapi selama ini – seperti ketiadaan uang, kelaparan, pengusiran dari rumah kos karena kami tak mampu membayarnya, dan sebagainya.

Dan Unkaku pulalah yang membuat kami yakin bahwa “Tuhan Selalu Bersama Kami”. Dan suatu saat, Tuhan pasti akan memberi yang terbaik untuk Unkaku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima kasih sudah berkomentar yang sopan dan membangun.
Jangan bosan untuk berkunjung lagi ya....